Jumat, 10 Desember 2010

Aspirin Kurangi Kematian Akibat Kanker

Aspirin Kurangi Kematian Akibat Kanker

Jum'at, 10 Desember 2010 - 09:54 wib
Detail Berita
Saat sakit kepala (Foto: Google)
MENGONSUMSI secara jangka panjang aspirin  dengan dosis rendah setiap hari ternyata dapat  mengurangi risiko kematian akibat berbagai jenis  kanker.
Penelitian terbaru di Inggris menemukan  kabar gembira tersebut.  Selain berkhasiat menghilangkan  rasa sakit, nyeri, dan peradangan,  manfaat aspirin terus berkembang  seiring dengan gencarnya penelitian  para ilmuwan.

Penelitian terbaru menunjukkan,  penggunaan jangka panjang  aspirin dengan dosis rendah setiap  hari secara signifikan dapat mengurangi  risiko kematian akibat  berbagai jenis kanker. Secara  khusus, tim peneliti Inggris menemukan  bukti bahwa aspirin dosis  rendah (sekitar 75 mg) yang diminum  setiap hari setidaknya selama  lima tahun mampu menurunkan  tingkat kematian pasien kanker  dari 10 persen menjadi 60 persen, bergantung  pada jenis kanker.

Temuan ini berasal dari analisis  mendalam dari delapan studi yang  melibatkan lebih dari 25.500 pasien,  yang semula dilakukan untuk  menguji potensi aspirin dosis rendah  pada perawatan penderita penyakit  kardiovaskular. Pengamatan  ini menindaklanjuti penelitian  sebelumnya yang dilakukan oleh  tim studi yang sama, yang dilaporkan  pada Oktober bahwa perawatan  jangka panjang dari aspirin dosis  rendah tampaknya mengurangi  risiko kematian akibat kanker kolorektal  atau kanker usus besar menjadi  sepertiganya.

“Temuan ini  memberikan bukti baru pada manusia  bahwa aspirin mengurangi  kematian akibat beberapa kanker  yang umum,” ujar tim peneliti.

Namun penulis utama studi tersebut,  Prof Peter Rothwell dari  John Radcliffe Hospital dan University  of Oxford, Inggris, menekankan  bahwa hasil studi ini tidak  berarti bahwa semua orang dewasa  harus segera mulai mengonsumsi  aspirin. “Ini (aspirin) menunjukkan  manfaat baru yang besar, di mana  sebelumnya belum pernah ada  dalam rekomendasi pedoman kedokteran,”  katanya seperti dikutip laman healthday.com.

Dia mencatat,  pedoman sebelumnya memperingatkan  bahwa pada orang paruh  baya yang sehat, berisiko sedikit  mengalami perdarahan di perut  saat mengonsumsi aspirin. Meski begitu, hal tersebut diimbangi  manfaat dalam pencegahan  stroke dan serangan jantung.

”Tapi pengurangan kematian akibat  beberapa kanker yang umum  sekarang akan menenangkan banyak  orang,” ujar Rothwell.

Rothwell dan rekan-rekannya memublikasikan  temuan mereka pada jurnal  The Lancet edisi online pada Selasa (7/12). Penelitian yang terlibat  dalam review terakhir saat ini telah  dilakukan untuk jangka waktu rata-rata empat sampai delapan tahun.

Para pasien (beberapa di antaranya telah diberi perawatan dengan  aspirin dosis rendah, sementara yang lain tidak) akan dipantau sampai 20 tahun setelahnya.  Para penulis telah bertekad saat studi masih berlangsung, risiko kematian kanker secara keseluruhan  dapat diturunkan sebesar  21 persen di antara mereka yang mengonsumsi  aspirin dosis rendah.

Namun, manfaat jangka panjang  pada beberapa jenis kanker tertentu  mulai menunjukkan hasilnya lima tahun setelah studi berakhir. Sejak lima tahun studi berjalan, kematian  akibat kanker pencernaan telah merosot sebanyak 54 persen di antara  pasien yang rajin mengonsumsi  aspirin dosis rendah.

Dampak perlindungan aspirin  dosis rendah pada perut dan kematian  akibat kanker kolorektal tidak  terlihat sampai 10 tahun studi berjalan.  Sementara untuk kanker  prostat, manfaat pertama kali muncul  setelah 15 tahun studi berjalan.

Sementara itu, 20 tahun setelah  memulai program aspirin dosis  rendah, risiko kematian menurun  sebesar 10 persen di antara pasien  kanker prostat, 30 persen di antara pasien  kanker paru-paru (walaupun  hanya mereka yang terserang adenocarcinoma,  jenis kanker yang  biasanya diderita perokok), 40 persen di antara pasien kanker kolorektal,  dan 60 persen pada pasien kanker kerongkongan.  Para peneliti mencatat,  dampak potensial dari konsumsi  aspirin pada kanker pankreas,  kanker perut, dan kanker otak  adalah yang paling sulit diukur karena  tingkat kematian dari orang  dengan penyakit tersebut relatif  sedikit.

Mereka juga menemukan bahwa  dosis tinggi aspirin tampaknya  tidak meningkatkan manfaat dari  perlindungan terhadap penyakit.  Riwayat gender atau kebiasaan merokok  tampaknya tidak memengaruhi  dampak penggunaan aspirin  dosis rendah, sedangkan faktor  umur sangat berpengaruh. Risiko 20  tahun kematian turun lebih dramatis  di antara pasien yang lebih tua.

Peneliti juga memperingatkan  bahwa studi lebih lanjut diperlukan  untuk membangun sebuah  “bukti prinsip”. Karena itu, para  peneliti menyarankan bahwa  orang yang memulai mengonsumsi  dalam jangka panjang aspirin dosis  rendah untuk perawatan kanker  pada usia 40-an dan 50-an, adalah  yang mungkin dapat memperoleh  manfaat paling besar.

Dr Alan Arslan, asisten profesor  di departemen obstetri, ginekologi,  dan kedokteran lingkungan di  Langone NYU Medical Center di  New York City, Amerika Serikat,  menggambarkan temuan ini “sangat  signifikan”. “(Ini) adalah studi  terbesar yang menunjukkan  bahwa orang yang meminum aspirin  untuk jangka waktu yang panjang  mengalami penurunan risiko  kematian akibat kanker, terutama  kanker pencernaan,” katanya.

“Pesan  yang bisa diambil oleh pasien  adalah jika seseorang menggunakan  dosis rendah atau standar aspirin,  mungkin menempatkan mereka  pada penurunan risiko kematian  akibat kanker,” tambah Arslan.

“Namun, jika seseorang belum  mulai minum aspirin, mereka  harus berkonsultasi dengan dokter  sebelum mulai mengonsumsinya  karena obat ini memiliki risiko  efek samping, termasuk perdarahan  dan stroke,” ungkapnya.
(SINDO//tty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar