Sabtu, 11 Desember 2010

Pria yang Menikah Punya Perilaku Lebih Baik

Pria yang Menikah Punya Perilaku Lebih Baik

E-mail Print PDF
Mereka cenderung hidup lebih lama, kurang mengalami depresi atau terkena penyakit jantung, dan stroke
Hidayatullah.com-- Pria cenderung akan bersikap lebih baik saat mereka menikah. Hal itu terjadi karena pernikahan tampaknya membantu pria memperbaiki sikap mereka.

Dan pria yang punya sikap lebih baik cenderung menjadikan pernikahan sebagai hal utama, menurut penelitian di Amerika Serikat.

S. Alexandra Burt dan koleganya di Universitas Negeri Michigan juga menemukan bahwa pria yang kurang punya perilaku yang buruk cenderung akhirnya akan menikah, sebagaimana dikutip dari Reuters Life!

Di antara pria-pria yang menikah beberapa menunjukkan bahwa tanda perilaku-perilaku buruk --terutama tindakan yang berhubungan dengan penyakit antisosial, seperti perilaku kriminal, berbohong, agresif dan kurang punya belas kasihan-- berkurang setelah mereka mengikat diri dalam pernikahan.

Burt mengatakan bahwa pria yang menikah "pada awalnya bukanlah seorang yang antisosial dan bahkan setelah mereka menikah sikap antisosial itu makin berkurang."

Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam "Archives of General Psychiatry" edisi Desember, Burt dan koleganya meneliti 289 pasang pria kembar selama 12 tahun, sejak usia 17 hingga 29 tahun. Lebih dari separuhnya adalah kembar identik.

Pria yang menikah selama masa penelitian tersebut, sekitar 60 persen dari mereka menunjukkan sikap antisosial lebih sedikit pada usia 17 dan 20, menunjukkan bahwa pria dengan sikap seperti itu cenderung akan kurang menempatkan pernikahan di tempat utama.

Pada usia 29 tahun, pria yang tidak menikah memiliki rata-rata memiliki 1,3 sikap antisosial, dibanding dengan 0,8 di antara pria-pria yang menikah.

Namun, di antara kembar identik dengan satu orang menikah dan yang lain tidak menikah, pria yang menikah didapati memiliki sikap antisosial yang lebih sedikit dibanding kembarannya yang tidak menikah.

Dalam kasus kembar identik dengan gen dan suasana masa kecil yang sama sehingga cenderung untuk menghasilkan sikap antisosial yang sama, penelitian ini mengindikasikan bahwa pernikahan membantu untuk membuang perilaku buruk tersebut.

Masih belum jelas mengapa pria dapat memperbaiki kelakukan mereka setelah menikah, kata Ryan King dari Universitas Albany yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Pria yang menikah menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasangannya dibanding dengan teman-temannya, dan perilaku buruk seperti kejahatan dan minum minuman keras cenderung menjadi aktivitas kelompok, katanya.

Ditambah lagi, pria yang menikah "akan lebih banyak kehilangan" bila mereka tertangkap karena aktivitas ilegal dan lebih peduli terhadap apa yang dipikirkan oleh pasangannya.

"Tidak setiap orang memiliki kemungkinan yang sama untuk menikah, namun mereka yang menikah mendapatkan manfaat dari pernikahan tersebut," kata King.

Hasil penelitian itu membantu menjelaskan temuan dari penelitian lain yang menunjukkan bahwa pria yang menikah melakukan lebih sedikit tindakan kriminal.

Penelitian baru-baru ini contohnya, menunjukkan bahwa pernikahan berhubungan dengan penurunan 35 persen tindakan kriminal.

Penelitian juga menemukan bahwa orang yang menikah cenderung lebih sehat dibanding masih saat masih sendiri, meski penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa keuntungan kesehatan karena pernikahan masih belum jelas.

Namun mereka yang menikah cenderung hidup lebih lama, kurang mengalami depresi atau terkena penyakit jantung dan stroke. [ant/hidayatullah.com]

Jabat Tangan Dapat Tunjukkan Usia Seseorang?

Jabat Tangan Dapat Tunjukkan Usia Seseorang?

E-mail Print PDF
Kekuatan cengkeraman dan kemampuan untuk bangkit dari kursi menunjuk resiko kematian yang dimiliki seseorang

Hidayatullah.com--Kekuatan jabat tangan Anda bisa menjadi petunjuk berapa lama Anda akan hidup, ujar para ilmuwan dari Universitas College, London. Jabatan tangan ini menggambarkan keseimbangan hidup orang berusia tua, kekuatan cengkeraman dan kemampuan untuk bangkit dari kursi menunjuk pada resiko kematian yang dimilikinya. Mereka yang melakukan semua itu dengan lebih baik kemungkinan besar akan hidup lebih lama, British Medical Journal melaporkan.

Diharapkan melalui tes sederhana ini dapat membantu para dokter untuk menemukan spot ‘yang beresiko’ pada pasien. Sejalan dengan waktu hal ini bisa menjadi relevan bagi orang muda untuk mendapatkan obat pencegahannya. Penelitian yang dilaksanakan di Medical Research Council yang didanai oleh unit Lifelong Health and Ageing, dikombinasikan dengan hasil lebih dari 30 proyek penelitian sebelumnya, dan melibatkan puluhan ribu orang yang melihat ‘kemampuan fisik’ dan kematian.

Mereka yang terlibat dalam penelitian ini sebagian besar berusia di atas 60 tahun, dan tinggal di dalam komunitas masyarakat bukan di rumah sakit maupun di rumah perawatan. Para peneliti menemukan bahwa angka kematian selama periode penelitian adalah 67% lebih tinggi pada orang dengan kekuatan cengkeraman terlemah dibandingkan dengan cengkeraman yang kuat.

Kesimpulan ini berdasarkan 33 studi dari seluruh dunia, termasuk lebih dari 50.000 orang laki-laki dan wanita yang diikuti selama hamper 43 tahun.  

Pola serupa ditemukan dalam penelitian lain, dimana pejalan kaki yang melangkah paling lambat hampir tiga kali lebih mungkin meninggal dibandingkan yang berjalan paling cepat. Mereka yang paling lambat bangkit dari kursi, dua kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan mereka yang bangkit dengan cepat dari tempat duduk saat berdiri.

Bahkan menyeimbangkan diri dengan menggunkaan satu kaki tampaknya juga dihubungkan dengan penurunan resiko kematian. Meskipun kelemahan cengkeraman yang dibarengi dengan penyakit dan kesehatan yang menurun secara keseluruhan dapat menjelaskan banyak perbedaan, dalam hal kekuatan perbedaan pegangan tangan, tingkat kematiannya adalah nyata bahkan pada beberapa orang di bawah usia 60 tahun yang secara fisik tidak menunjukkan tanda-tanda adanya masalah kesehatan.

Profesor Avan Aihie Sayer, seorang geriatrician dan wakil penulis studi yang dilakukan Southampton University, mengatakan bahwa dirinya saat ini mendorong penggunaan yang lebih luas akan tindakan menggenggam tangan pasien di rumah sakit sebagai cara menyelamatkan para pasien dengan masalah kesehatan yang lebih serius.

Sayer mengatakan, Salah satu bagian terbaru dari penelitian yang dilakukan di rumah sakit menemukan bahwa perbedaan dalam kekuatan cengkeraman bahkan terkait dengan lamanya tinggal di rumah sakit, dan menjadi sebuah penemuan yang cukup penting.

Saat ini kita sedang membicarakan orangtua yang lemah, tetapi dengan waktu yang ada hal ini menjadi relevan bagi mereka yang muda untuk menjadi obat pencegahan.

Sayer mengatakan beberapa studi menyarankan mungkin saja untuk mengidentifikasi perbedaan yang signifikan dalam kekuatan cenkeraman bahkan pada orang yang berusia jauh lebih muda untuk menunjuk ke masalah kesehatan masa depan.  

Dr Rachel Cooper dari Medical Research Council's Unit for Lifelong Health and Ageing, yang memimpin penelitian ini mengemukakan,  langkah-langkah seperti ini dapat membantu para dokter mengidentifikasi mereka yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan di kemudian hari. [lip/independent/cha/hidayatullah.com]

7 Alasan Mengapa Harus Berhenti Merokok

7 Alasan Mengapa Harus Berhenti Merokok

E-mail Print PDF
Kata Nabi, Islam  melarang melakukan sesuatu yang membahayakan keselamatan jiwa orang lain. Merokok, salah satunya

Hidayatullah.com--Merokok telah menjadi gaya hidup bagi banyak pria dan wanita, bahkan termasuk anak-anak dan kaum remaja hampir di seluruh pelosok dunia. Meski mengandung bahaya besar, benda kecil ini rupanya banyak digemari. Sayangnya, kebiasaan merokok telah mengakibatkan banyak penyakit. Bahkan meski menyadari bahaya merokok, orang-orang di seluruh dunia masih terus mengisap belasan milyar batang rokok setiap harinya.

Jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di dunia. Jumlah perokok di negara-negara berkembang jauh lebih banyak dibanding jumlah perokok di negara maju. Angka yang sangat memprihatinkan mengingat akibat buruk dari merokok baru akan dirasakan dalam jangka panjang.

Kandungan Sebatang Rokok

Nikotin merupakan zat utama yang terdapat pada rokok. Namun, lebih dari 700 jenis bahan kimia tambahan kemungkinan digunakan oleh perusahaan rokok untuk menambah kenikmatan merokok. Beberapa bahan bahkan begitu beracun sehingga beberapa pabrik rokok besar biasanya akan memiliki standar yang tinggi untuk membuang bahan-bahan beracun yang sangat berbahaya tersebut.

Perokok pasif bisa mendapat dampak negatif yang lebih mengerikan jika asap rokok dihirup mereka.

Selain itu, asap rokok mengandung 4.000 zat kimia, termasuk arsenik, aseton, butan, karbon monoksida, dan sianida. Asap rokok yang dihirup oleh perokok maupun perokok pasif akan menganduk 43 zat yang diketahui menyebabkan kanker. Itu sebabnya bagi perokok pasif bisa mendapat dampak negatif yang lebih mengerikan jika asap rokok dihirup mereka.

Kerugian Akibat Rokok

Alasan keharaman rokok yang disampaikan banyak ulama karena setelah dalil i'tibar menyimpulkan berbagai bahaya merokok dan secara ilmiah. Penelitian menunjukkan, ssetiap batang rokok mengandung lebih dari 4.000 jenis racun berbahaya. 

Dalam al-Quran, Allah berfirman, "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195). Dalam konteks ayat ini, merokok termasuk perbuatan yang mencampakkan diri sendiri ke dalam kebinasaan.

Berikut ini beberapa penyakit dan dampak negatif yang disebabkan karena merokok:

Penyakit Jantung

Rokok juga merupakan salah satu penyebab utama serangan jantung. Kematian seorang perokok akibat penyakit jantung lebih banyak dibanding kematian akibat kanker paru-paru. Bahkan rokok rendah tar atau rendah nikotin tidak akan mengurangi risiko penyakit jantung. Karena beberapa dari rokok-rokok yang menggunakan filter meningkatkan jumlah karbon monoksida yang dihirup, yang membuat rokok tersebut bahkan lebih buruk untuk jantung daripada rokok yang tidak menggunakan filter.

Nikotin yang dikandung dalam sebatang rokok bisa membuat jantung Anda berdebar lebih cepat dan meningkatkan kebutuhan tubuh Anda akan oksigen. Asap rokok juga mengandung karbon monoksida yang beracun. Zat beracun ini berjalan menuju aliran darah dan sebenarnya menghalangi aliran oksigen ke jantung dan ke organ-organ penting lainnya. Nikotin dapat mempersempit pembuluh darah sehingga lebih memperlambat lagi aliran oksigen. Itu sebabnya para perokok memiliki risiko terkena penyakit jantung yang sangat tinggi.

Kanker Paru-Paru

Asap rokok dari tembakau mengandung banyak zat kimia penyebab kanker. Asap yang diisap mengandung berbagai zat kimia yang dapat merusak paru-paru. Zat ini dapat memicu terjadinya kanker khususnya pada paru-paru. Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling umum yang diakibatkan oleh merokok. Penyebaran kanker paru-paru dalam tubuh terjadi secara senyap hingga menjadi stadium yang lebih tinggi. Dalam banyak kasus, kanker paru-paru membunuh dengan cepat.

Emfisema

Perokok berat yang sudah bertahun-tahun akan mengalami emfisema. Emfisema merupakan penyakit yang secara bertahap akan membuat paru-paru kehilangan elastisitasnya. Jika paru-paru kehilangan keelastikannya, maka akan sulit untuk mengeluarkan udara kotor. Tanda-tandanya adalah mulai mengalami kesulitan bernapas pada pagi dan malam hari. Lalu mudah terengah-engah. Tanda lainnya adalah sering mengalami flu berat, disertai dengan batuk yang berat, dan mungkin dengan bronkhitis kronis. Batuknya sering kali tidak berhenti dan menjadi kronis.

Lebih Cepat Tua

Hasil penelitian terhadap para perokok menunjukkan bahwa wajah para perokok pria maupun wanita lebih cepat keriput dibandingkan mereka yang tidak merokok. Proses penuaan dini tersebut meningkat sesuai dengan kebiasaan dan jumlah batang rokok yang dihisap. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa para perokok berat memiliki keriput pada kulit hampir lima kali lipat dibandingkan orang yang tidak merokok. Bahkan proses penuaan dini sudah dimulai bagi para remaja yang merokok seperti kulit keriput, gigi menguning, dan nafas tak sedap.

Kerusakan Tubuh

Dampak negatif merokok tidak hanya membahayakan paru-paru, jantung, dan saluran pernapasan. Kebiasaan merokok menurut penelitian bisa merusak jaringan tubuh lainnya. Belasan penyakit yang berkaitan dengan penggunaan tembakau bahkan mencakup pneumonia (radang paru-paru), penyakit gusi, leukemia, katarak, kanker ginjal, kanker serviks, dan sakit pada pankreas. Penyebabnya karena racun dari asap rokok menyebar ke mana-mana melalui aliran darah. Merokok dapat mengakibatkan penyakit di hampir setiap organ tubuh.

Merugikan orang lain

Jangan keliru, sebuah peneliti asal Jepang, Kota Katanoda menemukan,  perokok  pasif jsutru dua kali lipat terkena penyakit dibanding perokok aktif. Hal ini disebabkan karena perokok pasif cenderung terkena 30 persen lebih tinggi daripada perokok aktif.

Yang sering tak disadari oleh pecandu rokok, mereka  bisa  menyebabkan kematian orang lain.

Peneliti juga menyimpulkan bahwa kanker paru-paru disebabkan oleh prokok pasif meneyebabkan sekitar 1.500 wanita dan sekitar 650 laki-laki meninggal dunia setiap tahunnya di Jepang. Para peneliti mengatakan bahwa sekitar separuh kematian perokok pasif diperkirakan berasal dari menghirup asap rokok di tempat kerja.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini juga merilis, bahwa perokok pasif turut menyumbang 1 persen jumlah kematian global di seluruh dunia. Jumlah ini berarti ada sekitar 600.000 perokok pasif yang meninggal setiap tahun akibat kebiasaan merokok orang lain.

Dalam Islam sendiri terlarang melakukan sesuatu yang membahayakan keselamatan jiwa orang lain. Rasulullah saw. Pernah bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).

Mememorotin Belanja Harian

Yang jelas, mengkonsumsi rokok jelas mengurangi pendapatan harian. Lebih baik digunakan untuk belanja harian yang jauh lebih penting daripada hanya bermain-main asap racun.[kpi/cha/hidayatullah.com]

Sparing Partner Para Dai dan Daiyah

Sabtu, 5 Muharram 1432/11 Desember 2010
 
 

Berhala-Berhala Gerakan Islam

Kamis, 08/07/2010 12:52 WIB | email | print | share

Ketika DR. Farid Anshari, seorang ulama dan aktivis gerakan Islam di Maroko menerbitkan bukunya April 2007 dengan judul : Enam Kekeliruan Gerakan Islam di Maroko, Penyimpangan Pemberhalaan Pemikiran dan Praktek, sontak dunia pergerakan Islam di Maroko khususnya dan Dunia Arab lainnya heboh.
Apa yang diangkat penulisnya dalam buku tersebut menjadi perbincangan luas dan menimbulkan pro-kontra. Seakan sudah menjadi kebiasaan di kalangan para aktivis gerakan Islam di seluruh dunia saat ini, apalagi di Indonesia, untuk tidak siap dikritik.
Setiap ada kritik pasti ada saja pembelaan yang membabi buta dari para pendukung serta qiyadahnya, kendati apa yang dikritik itu terang benderang seperti melihat mata hari di siang hari dan yang melakukan kritik itu adalah orang yang bertahun-tahun hidup di dalam gerakan tersebut.
Sebagai seorang akademisi, aktivis dakwah, pendiri lembaga pengkajian dan penulis, DR. Farid sebelumnya sudah meluncurkan beberapa buku ilmiyahnya yang sangat bermutu seperti, Tauhid, Pertengahan Dalam Tarbiyah Dakwah, Alfabetik Pembahasan Ilmu-Ilmu Syari’ah, Istilah Ushuli Menurut Imam Syatibi dan Penjelasan Dakwah dan Fenomena Penggelembungan Politik.
Menarik untuk kita cermati bahwa dalam buku Enam Kekeliruan Gerakan Islam di Maroko, Penyimpangan Pemberhalaan Pemikiran dan Praktek, DR. Farid Anshari yang menduduki berbagai jabatan di perguruan tinggi di Maroko dan juga dosen Ushul Fiqh dan Maqashid Syar’iyyah dan bertahun-tahun bergabung dengan gerakan Islam khusunya Harokat Attauhid Wal Ishlah dan keluar tahun 2000, menjelaskan fenomena yang menakutkan yang terjadi dalam berbagai gerakan Islam, termasuk yang menganut aliran tasawuf dan salafi.
Dalam buku tersebut, DR Farid Anshari mencatat enam bentuk penyimpangan gerakan Islam, baik dalam bentuk pemikiran maupun prakteknya. Yang menakutkan ialah, bahwa penyimpangan tersebut sudah mengarah kepada “pemberhalaan”, sehingga mengalahkan nash shorih (dalil syar’i yang disepakati ulama keabsahannya).
Lalu beliau mengatakan, “Orang yang menyaksikan hiruk pikuk politik dan media menduga gerakan Islam sekarang sangat luar biasa dan mengalami kemajuan dalam percaturan peradaban. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya.”
Gerakan Islam Telah Menyimpang dari Tujuannya
DR. Farid Anshari melihat semua gerakan Islam sekarang mengalami setback di banding dengan sebelumnya. Kemundurannya sangat jauh. Bahkan telah gagal total dalam memelihara kedudukan strategisnya yang telah diraihnya dengan manhaj tarbiyah dan khitab (komunikasi) dakwah dan ilmu.
Sesungguhnya gerakan Islam saat ini telah kehilangan semua itu dan bahkan terusir dengan hina dari jati diri gerakan Islam itu sendiri. Kemunculannya sangat telanjang dan mudah dibaca oleh musuh-musuh ideoligisnya, sehingga mudah dilecut dengan cemeti yang akan mebuat saf-safnya berantakan, tanpa sampai ke target-target dasarnya. Sungguh gerakan Islam telah ditusuk oleh pisau-pisau hawa nafsu (syahwat dunia) dan juga oleh pisau-pisau musuh sehinga terluka parah.
DR. Farid Anshari memastikan bahwa gerakan Islam di Maroko, sebagaimana juga di kawasan dunia Islam lainnya, sesungguhnya sedang mengalami krisis yang luar biasa. Sebab utamanya tak lain ialah karena tidak memiliki kemampuan menunaikan tugas dan fungsi yang sebenarnya dan menegakkan risalah robbaniyah di mana hal tersebutlah yang mendasari berdirinya, menjadi syarat kelahirannya sehingga mendapatkan dukungan yang luar biasa di awal-awal kelahirannya.
Pemberhalaan Manhaji
DR. Farid Anshari menilai bahwa orientasi gerakan Islam di Maroko dengan nyata jatuh ke dalam ‘syirik khafi’ (syirik tersembunyi) atau apa yang ia namakan dengan “pemberhalaan manhaji.” Yang demikian itu terjadi karena gerakan Islam dalam memilih strategi besarnya terjadi penyimpangan.
Penyimpangan tersebutlah yang akan menghambat gerakan Islam itu sendiri untuk berada selalu di jalan orisinilitasnya sehingga berbagai bentuk dan formalitas organisasi (tanzhim) telah menjadi dinding penghambat untuk tidak mampu lagi melihat target atau tujuan ‘iqamatuddin’ (menegakkan Islam), dalam diri dan dalam masyarakat.
Dari hasil pengalamannya hidup dengan gerakan Islam, DR. Farid Anshari menyimpulkan bahwa terdapat enam kekeliruan manhaji yang besar di mana kekeliruan yang manhaji tersebutlah yang menjadi sumber semua penyimpangan yang terjadi. Itu pulalah yang menjadi sebab dari semua bentuk pemberhalaan yang sudah menyatu dengan kuat dalam pemikiran para aktivis Islam dan dalam praktek organisasi mereka.
Hasilnya ialah, hati mereka sangat terpaut dengannya baik dalam keadaan harap dan cemas, mensucikannya sehingga dijadikan thaghut dan berhala yang membatasi hati dari ikhlasuddin lillah (ikhlas dalam menjalankan Islam yang bersumber dari Allah).
Adapun enam kekeliruan (berhala) tersebut ialah :
  1. Pemberhalaan Pilihan Politik.
  2. Pemberhalaan Pemilihan Perkumpulan
  3. Pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin
  4. Pemberhalaan Mekanisme Organisasi
  5. Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah
  6. Pemberhalaan Mazhab Hambali Bagi Kalangan Salafi

Cover Buku 6 Kekeliruan Gerakan Islam
Pemberhalaan Pilihan Politik.
Dalam pandangan DR. Farid Anshari, yang memberikan contoh tentang gerakan Islam di Aljazair, menyatakan, kesalahan terbesar yang dilakukan gerakan Islam ialah partai politik, atau lebih tepatnya mempolitisasi partai politik. Yang ia maksud di sini ialah Partai Keadilan dan Pembangunan (PKP) yang dipimpin oleh DR. Sa’duddin Ustmani (belakangan ini PKP pecah menjadi dua setelah peninggalan syekh Mahfuz Nahnah). Dengan partai politik seperti itu, para aktivis gerakan Islam beraktivitas dalam dunia syak (keraguan), di mana sebelumnya mereka bekerja dan beraktivitas dalam keyakinan.
Dulu, sebelum berpartai, mereka lebih dekat ke ikhlas dalam beramal. Namun sekarang amal Islami sudah tercampur baur (keikhlasan dengan riya’). Dengan demikian, mereka berpindah dari maqashidusy-syar’i (tujuan-tujuan syariah) kepada maqashidul ‘adat (tujuan-tujuan adat istiadat).
Lalu, masuklah ke dalam partai mereka orang-orang yang tidak jelas, persis seperti yang Allah katakan, "Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak yakin), maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (QS.22 : 11).
Sesungguhnya menjadikan partai dalam amal Islami (versi partai politik sekarang), mirip dengan cerita Bani Israil menjadikan anak lembu sebagai sembahan.
Kemudian DR. Farid menjelaskan, sesungguhnya amal Islami di Maroko sumbangan pertamanya adalah generasi yang membawa kebaikan dan keberkahan. Kemudian, muncullah partai politik. Lalu partai politik itu menghancurkan semua sumbangan itu sebagaimana yang dilakukan Samiri (pengikut nabi Musa) menghancurkan semua asset keimanan Bani Israil, saat ditinggalkan Musa as.
Pemberhalaan partai seperti itu, menurut DR. Farid Anshari telah menciptakan kebanyakan aktivis gerakan Islam sibuk dengan persoalan duniawi saja, kemudian mereka menjadikan persolan tersebut menjadi persolan mereka sendiri, dengan alasan ‘jatah’ atau mereka berhak untuk itu.
Analisa DR. Farid terkait masalah partai politik gerakan Islam itu sangat tajam sebagaimana yang ia katakan : Aktivis gerakan Islam telah terjebak masuk ke dalam komunikasi materialis yang dijadikan sebagai hal yang utama.
Mereka menganalisa krisis ekonomi, masalah pengangguran, atau perlawanan politik terhadap kejahatan Yahudi (di Palestina) dan sebagian fanatikus Nasrani, atau dari kaum Zindiq yang datang dari kalangan Muslim sendiri melalui demonstrasi-demonstrasi. Pada sore harinya mereka pulang dalam keadaan selamat dan dengan hati yang tenang karena (meyakini) mereka sudah berhasil melakukan sebuah perjuangan yang akan memberi syafaat bagi mereka nanti di hadapan Allah.
Sesungguhnya gerakan Islam di Maroko telah gagal total baik dalam tinjauan syar’i maupun siyasi. Hal itu disebabkan karena mereka ingin memetik buah sebelum matang. Sebab itu mereka menelan pahitnya buah yang belum matang itu.
Sebagai alternatif partai politik, DR. Farid melihat bahwa gerakan Islam di Maroko bisa sampai ke tujuan politiknya yang afdhal tanpa harus melalui media partai, yakni melalui aktivitas dakwah yang komprehensif.
Dengan demikian, gerakan Islam akan muncul dengan tokoh-tokoh dan pemikiran yang dilahirkannya di tengah-tengah masyarakat dalam semua lapangan kehidupan dan tersebar di berbagai sektor. Dari masjid sampai ke pabrik, kemudian ke manajemen (pemerintahan). Dari pendidikan, media sampai ke ekonomi.
Bahkan dengan demikian, gerakan Islam memungkinkan untuk mensuplai berbagai partai politik dengan sdm handalnya sehinngga memungkinkannya untuk menawarkan program politiknya, tanpa harus tergelincir ke syirik konsumtif parsialisasi bagi kekuatannya.
Pemberhalaan Pemilihan Perkumpulan
DR. Farid menilai bahwa gerakan Islam memasuki eksperimen perkumpulan tanpa persiapan dan tanpa filterisasi. Dengan modal akhlak dan sedikit pengetahuan agama, para aktivis gerakan Islam megharungi gelombang aktivitas yang masih menggunakan bahasa percaturan kelas sosial, slogan-slogan marksisme dalam pemikiran ekonomi dan teori-teori sosialisme dalam menangani persoalan dunia kerja dan buruh.
Dr Farid yakin bahwa gerakan Islam terlibat menyalakan api pemogokan bekerja – dengan meniru cara organisasi-organisasi marksisme dan partai-partai oportunis – untuk melakukan tekanan politik terhadap lembaga-lembaga tertentu untuk meloloskan agenda-agenda lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan perbaikan kerja dan buruh.
Dengan demikian, disadari atau tidak, gerakan Islam bersaham dalam mentarbiyah para anggotanya untuk berbohong dan menipu, su-ul akhlak (akhlak buruk) dalam berdebat dan berdiskusi. Sebagai gerakan Islam tidak pantas berlomba dengan kelompok kiri dalam menuju kehancuran dan amoral.
Demikian pula halnya dengan perkumpulan mahasiswa yang disetir gerakan Islam. DR. Farid mengkritiknya, khususnya Persatuan Pelajar Maroko yang menyingkat namanya dengan “OTOM” dan menyebutnya dengan “Berhala OTOMI”.
Sebab, OTOM masuk ke dalam percaturan melawan ilmu dan akhlak (karena kebanyakan berdemo sehingga nilai akademis mereka anjlok). Lalu mereka kehilangan kepercayaan dari para mahasiswa, dosen, universitas dan manusia lainnya.
Pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin
Sesungguhnya fenomena pemberhalaan Qiyadah itu hampir terjadi di semua gerakan Islam, baik yang menamakan dirinya gerakan Islam maupun tidak. DR. Farid melihat bahwa fenomena pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin itu terjadi setelah kehilangan Qiyadah yang berilmu, konsisten dengan risalah Robbaniyah (misi Allah) dan smart.
Lalu, tokoh yang kurang ilmunya dalam memimpin amal Islam ini sejak dari yang tertinggi, menengah sampai ke tingkat paling bawah. Hal tersebut menyebabkan munculnya pemberhalaan para Qiyadah sehingga pentunjuk jalan harokah (amal dakwah) hanya berdasarkan kecenderungan dan karakter mereka, bukan berdasarkan kaedah-kaedah Ilmu dan skala prioritas syar’iyyah.
(Sering kita melihat di lapangan mereka mengatakan : ini sudah berdasarkan skala prioritas, namun yang menentukan prioritasnya adalah akal mereka, bukan Islam yang menentukannya). Di antara fenomenanya, egoistik (arogansi) organisasi dalam jamaah gerakan Islam semakin membesar dan pada waktu yang sama terjadi pengagungan individu ( dan pemasungan pemikiran besar –meminjam istilah DR. Qardhawi– dan pembunuhan karakter anggota yang kritis dan berfikir sehat).
Pemberhalaan Mekanisme Organisasi
Apa yang dimaksudkan DR. Farid dengan mekanisme organisasi ialah uslub manajemen organisasi yang dijadikan sandaran pembentukan struktur organisasi dalam memenej amal Islami dan menjalankannya. Mekanisme organisasi ini tengah menghadapi problem kepartaian (meniru gaya patai umumnya) sehingga menyebabkan keputusan internal mencekik leher dan tidak memberi peluang sama sekali kepada para anggota untuk bernafas di luar partainya.
Dari sinilah DR. Farid Anshari mengkritik dengan apa yang ia namakan dengan “Pemberhalaan Syahwat Demokrasi” di mana problem gerakan Islam ialah ketika meletakkan demokrasi dengan berbagai mekanismenya pada tempat yang keliru, seperti pemilihan tokohnya yang akan menjadi anggota majlis syura (di Indonesia : legislatif) melalui suara masyarakat awam dan juga posisi strategis lainnya seperti Islamisasi sistem dan pengarahan manhaj Islam lainnya dengan syarat-syarat demokrasi, bukan dengan syarat-syarat syari’at Allah. Hal tersebut membuka peluang orang-orang bodoh nan licik untuk maju dan terbuangnya orang-orang yang faqih dan bijak.
Sebagai solusinya, penulis buku tersebut mengusulkan ‘sistem fitrah” yang terlepas dari tingkatan-tingkatan formal dan gelar/pangkat yang tidak mungkin membuka peluang bagi para penjilat dan pak turut. Tidak ada pula tempat bagi sosok ‘patung’ dan ‘berhala’. Kemudian, semua keputusan terkait susunan struktur diambil berdasarkan keahlian (profesionalisme).
Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah
Yang dimaksud penulis dengan Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah ini ialah manhaj haroki yang disusun pertama kali oleh Syekh Abdul Karim Muthi’, pendiri Gerakan Pemuda Islam yang didirikan di Maroko di awal 70an. Menurut pandangan penulis, gerakan tersebut didirikan di atas dasar manuver-manuver politik dan kibul yakin ( tipu-tipuan).
Menurut DR. Farid Anshari, gerakan Islam di Maroko telah gagal. Beliau menuliskan ringkasan sejarah gerakan Islam di Maroko untuk memberikan kesimpulan kegagalan persatuan yang terjadi antara Gerakan Ishlah dan Tajdid dengan gerakan Ikatan Masa Depan Islam. Gerakan tersebut gagal dalam meberikan produknya yang Islami di tingkat tujuan (hadaf), keterwakilan Islam dan kaderisasi, kemudian gagal juga dalam tingkat syura itu sendiri.
Dalam konteks ini, DR. Farid menjelaskan : “Gerakan Ishlah dan Tauhid” menduga bahwa ia adalah teladan terbaik dalam penerapan syura Islam dalam internal gerakannya. Bahkan para pemimpinnya ada yang melihat sebagai teladan terbaik di level Dunia Islam, apakah terkait dengan membangun struktur organisasi, maupun dalam mengambil keputusan dan sikap.
Saya menyakini –sebagai mantan salah seorang anggota Maktab Tanfidzi (lembaga eksekutif), anggota Majlis Syura, dan mengemban tugas organisasi lainnya seperti penangggung jawab aktivitas mahasiswa– bahwa semua itu hanyalah waham (klaim) semata. Hakikat sebenarnya adalah bahwa gerakan tersebut adalah organisasi yang paling piawai dalam berdemokrasi dengan pengertian politik.
Yang saya maksudkan ialah demokrasi yang bisa menyihir dalam rangka mengelabui masyarakat, lembaga syura, dengan mengatakan bahwa para anggotanyakan sudah hadir, menyatakan pendapat dan telah melihat. Pada kenyataannya mereka tidak melihat apa-apa, bahkan yang ikut syura tidak mengetahui apakah hakikat atau khayalan.
Saya belum melihat seumur hidup apa yang ikhwah namakan dengan syura ikhwah/qiyadah adalah syura yang sebenarnya, tapi adalah demokrasi. Itupun mirip dengan permainan benang tukang sulap.
Pemberhalaan Mazhab Hambali dalam Gerakan Salafi
Setelah menjelaskan sejarah pergerakan Salafi di Maroko, DR. Farid Anshari membahas apa yang ia namakan dengan “penjajahan konsepsi dan penyimpangan prilaku” di kalangan Salafi.
Di antaranya : benturannya dengan batu karang mazhab. Di antara kekeliruan besar manhaji kalangan Salafi di Maroko ialah pelecehannya terhadap masalah karakteristik permazhaban. Hal tersebut membuat kalangan Salafi gagal menjalankan proyek perbaikan, ditambah lagi keberpalingannya dari mazhab Maliki dan penjajahannya atas prinsip ‘skala prioritas’.
Setelah itu, DR. farid menjelaskan sikap ghuluw (berlebihan/ekstrim) kalangan Salafi dalam merealisasikan persoalan ‘aqidah. Kesalahan manhaji ketiga ialah, menghadapi tasawuf secara membabi buta, tanpa membedakan bentuk, masalik (cara-cara yang ditempuh) dan tidak pula mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang rusak.
Sedangkan kesalahan manhaji yang keempat ialah, membesar-besarkan bentuk-bentuk formal sehingga tampilan luar telah menjadi standar mendasar bagi keselamatan agama pada kebanyakan mereka. Kemudian beliau menjelaskan kesalahan manhaji yang kelima, yakni yang tercermin dalam hubungan materi yang disyaratkan oleh sebagian negara bagian Timur (Arab)
Risalah Untuk Gerakan Islam
Buku tersebut ditutup oleh DR. Farid dengan sebuah judul yang sangat menarik, yakni Risalah Untuk Gerakan Islam. Dalam risalah tersebut beliau menjelaskan : “Tidakkah datang masanya bagi gerakan Islam untuk bertaubat kepada Allah, berpegang teguh pada Kitab-Nya, menghancurkan patung-patungnya, melepaskan belenggu-belenggunya dan meniti jalan Al-Qur’an? Apakah gerakan Islam siap kembali kepada keikhlasan ibadahnya, kebaikan manhajnya, dan ketersebaran dakwahnya?
Apakah komunikasinya akan kembali kepada penerapan risalah Al-Qur’an, akhlak Al-Qur’an dan prioritas menurut Al-Qur’an? Kemudian, apakah kalangan Salafi akan kembali kepada salafush-shalehnya, kepada keikhlasan beragamanya, mengenalkan manusia kepada Rabb mereka dan meninggalkan semangat perpecahan dan kemunafikannya?
Kemudian, apakah kalangan sufi akan kembali kepada sumber minuman aslinya, keindahan sifatnya, meninggalkan sifat berlebihannya serta memperbaiki tingkatan keilmuannya dan kondisinya dan menampikan semua itu berdasarkan kaedah-kaedah ilmu dan timbangan Al-Qur’an dan Assunnah? (fj/iol)
 
 
 

Gerakan Islam Lainnya

(Arsip) (Ke Atas)
Gerakan Islam
membuka hati dan pikiran kita
 
 


 
 
 

PELUANG

 
 
 




BJBS Optimis Capai Target Gadai Syariah
Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) semakin membuktikan kepiawaiannya dalam bisnis gadai syariah. Terbukti, menjelang akhir tahun 2010, BJBS mampu meningkatkan outstanding gadai ...
Kendala BPRS Menjadi Penyalur KUR
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menyatakan kesiapannya menjadi pelaksana Kredit Usaha Rakyat (KUR). Namun, beberapa kendala merintangi keinginan tersebut. Menurut Deputi...
Mengintip Dua Tahun Perjalanan Bank Syariah Bukopin
Bank Syariah Bukopin merupakan Bank Umum Syariah ke-5 di Indonesia. BSB dimulai dari sebuah bank umum, PT Bank Persyarikatan Indonesia yang diakuisisi oleh PT Bank Bukopin Tbk...
Puncak Milad ke-2 : BSB Rayakan Bersama Yatim Piatu
Perjalanan Bank Syariah Bukopin (BSB) genap memasuki usia ke-2 sebagai Bank Umum Syariah yang menawarkan jasa keuangan syariah secara penuh. BUS yang secara resmi beroperasi p...
 
 
 
 
 
Education 
Corner

Berprasangka Baik Pada Anak

Dengan tatapan aneh Haris memandang tetangganya itu, nampak sedang memikirkan sesuatu. Ajaib, sebentar kemudian anak inipun berdiri, nampak sudah lebih tenang, mengangkat kursi yang terjatuh, mendorongnya sambil matanya menatap ibunya.
 
Dompet Peduli 
Kemanusiaan

Dr. Indah SPKK, Rawat Pasien dengan Senyum Indah

Ketika ditanya apa alasannya mau menjadi relawan di LKC, Dokter Indah menjawabnya dengan senyuman. "Motivasinya hanya untuk berbagi dengan sesama."
 
Dompet Peduli Kemanusiaan

Bandung Selatan Kembali Banjir

Relawan ACT Firman Adiansyah melaporkan, sebanyak 81.005 jiwa atau 24.364 kepala keluarga (KK) yang tersebar di Kecamatan Ranca Ekek, Baleendah, Dayeh Kolot, Majalaya, Bojongsoang, Banjaran, dan Pamengpeuk.
 
 
 
 

Berhala Yang Menghantui Para penikmat Ilmu

Berhala-Berhala Gerakan Islam

Kamis, 08/07/2010 12:52 WIB | email | print | share

Ketika DR. Farid Anshari, seorang ulama dan aktivis gerakan Islam di Maroko menerbitkan bukunya April 2007 dengan judul : Enam Kekeliruan Gerakan Islam di Maroko, Penyimpangan Pemberhalaan Pemikiran dan Praktek, sontak dunia pergerakan Islam di Maroko khususnya dan Dunia Arab lainnya heboh.
Apa yang diangkat penulisnya dalam buku tersebut menjadi perbincangan luas dan menimbulkan pro-kontra. Seakan sudah menjadi kebiasaan di kalangan para aktivis gerakan Islam di seluruh dunia saat ini, apalagi di Indonesia, untuk tidak siap dikritik.
Setiap ada kritik pasti ada saja pembelaan yang membabi buta dari para pendukung serta qiyadahnya, kendati apa yang dikritik itu terang benderang seperti melihat mata hari di siang hari dan yang melakukan kritik itu adalah orang yang bertahun-tahun hidup di dalam gerakan tersebut.
Sebagai seorang akademisi, aktivis dakwah, pendiri lembaga pengkajian dan penulis, DR. Farid sebelumnya sudah meluncurkan beberapa buku ilmiyahnya yang sangat bermutu seperti, Tauhid, Pertengahan Dalam Tarbiyah Dakwah, Alfabetik Pembahasan Ilmu-Ilmu Syari’ah, Istilah Ushuli Menurut Imam Syatibi dan Penjelasan Dakwah dan Fenomena Penggelembungan Politik.
Menarik untuk kita cermati bahwa dalam buku Enam Kekeliruan Gerakan Islam di Maroko, Penyimpangan Pemberhalaan Pemikiran dan Praktek, DR. Farid Anshari yang menduduki berbagai jabatan di perguruan tinggi di Maroko dan juga dosen Ushul Fiqh dan Maqashid Syar’iyyah dan bertahun-tahun bergabung dengan gerakan Islam khusunya Harokat Attauhid Wal Ishlah dan keluar tahun 2000, menjelaskan fenomena yang menakutkan yang terjadi dalam berbagai gerakan Islam, termasuk yang menganut aliran tasawuf dan salafi.
Dalam buku tersebut, DR Farid Anshari mencatat enam bentuk penyimpangan gerakan Islam, baik dalam bentuk pemikiran maupun prakteknya. Yang menakutkan ialah, bahwa penyimpangan tersebut sudah mengarah kepada “pemberhalaan”, sehingga mengalahkan nash shorih (dalil syar’i yang disepakati ulama keabsahannya).
Lalu beliau mengatakan, “Orang yang menyaksikan hiruk pikuk politik dan media menduga gerakan Islam sekarang sangat luar biasa dan mengalami kemajuan dalam percaturan peradaban. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya.”
Gerakan Islam Telah Menyimpang dari Tujuannya
DR. Farid Anshari melihat semua gerakan Islam sekarang mengalami setback di banding dengan sebelumnya. Kemundurannya sangat jauh. Bahkan telah gagal total dalam memelihara kedudukan strategisnya yang telah diraihnya dengan manhaj tarbiyah dan khitab (komunikasi) dakwah dan ilmu.
Sesungguhnya gerakan Islam saat ini telah kehilangan semua itu dan bahkan terusir dengan hina dari jati diri gerakan Islam itu sendiri. Kemunculannya sangat telanjang dan mudah dibaca oleh musuh-musuh ideoligisnya, sehingga mudah dilecut dengan cemeti yang akan mebuat saf-safnya berantakan, tanpa sampai ke target-target dasarnya. Sungguh gerakan Islam telah ditusuk oleh pisau-pisau hawa nafsu (syahwat dunia) dan juga oleh pisau-pisau musuh sehinga terluka parah.
DR. Farid Anshari memastikan bahwa gerakan Islam di Maroko, sebagaimana juga di kawasan dunia Islam lainnya, sesungguhnya sedang mengalami krisis yang luar biasa. Sebab utamanya tak lain ialah karena tidak memiliki kemampuan menunaikan tugas dan fungsi yang sebenarnya dan menegakkan risalah robbaniyah di mana hal tersebutlah yang mendasari berdirinya, menjadi syarat kelahirannya sehingga mendapatkan dukungan yang luar biasa di awal-awal kelahirannya.
Pemberhalaan Manhaji
DR. Farid Anshari menilai bahwa orientasi gerakan Islam di Maroko dengan nyata jatuh ke dalam ‘syirik khafi’ (syirik tersembunyi) atau apa yang ia namakan dengan “pemberhalaan manhaji.” Yang demikian itu terjadi karena gerakan Islam dalam memilih strategi besarnya terjadi penyimpangan.
Penyimpangan tersebutlah yang akan menghambat gerakan Islam itu sendiri untuk berada selalu di jalan orisinilitasnya sehingga berbagai bentuk dan formalitas organisasi (tanzhim) telah menjadi dinding penghambat untuk tidak mampu lagi melihat target atau tujuan ‘iqamatuddin’ (menegakkan Islam), dalam diri dan dalam masyarakat.
Dari hasil pengalamannya hidup dengan gerakan Islam, DR. Farid Anshari menyimpulkan bahwa terdapat enam kekeliruan manhaji yang besar di mana kekeliruan yang manhaji tersebutlah yang menjadi sumber semua penyimpangan yang terjadi. Itu pulalah yang menjadi sebab dari semua bentuk pemberhalaan yang sudah menyatu dengan kuat dalam pemikiran para aktivis Islam dan dalam praktek organisasi mereka.
Hasilnya ialah, hati mereka sangat terpaut dengannya baik dalam keadaan harap dan cemas, mensucikannya sehingga dijadikan thaghut dan berhala yang membatasi hati dari ikhlasuddin lillah (ikhlas dalam menjalankan Islam yang bersumber dari Allah).
Adapun enam kekeliruan (berhala) tersebut ialah :
  1. Pemberhalaan Pilihan Politik.
  2. Pemberhalaan Pemilihan Perkumpulan
  3. Pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin
  4. Pemberhalaan Mekanisme Organisasi
  5. Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah
  6. Pemberhalaan Mazhab Hambali Bagi Kalangan Salafi

Cover Buku 6 Kekeliruan Gerakan Islam
Pemberhalaan Pilihan Politik.
Dalam pandangan DR. Farid Anshari, yang memberikan contoh tentang gerakan Islam di Aljazair, menyatakan, kesalahan terbesar yang dilakukan gerakan Islam ialah partai politik, atau lebih tepatnya mempolitisasi partai politik. Yang ia maksud di sini ialah Partai Keadilan dan Pembangunan (PKP) yang dipimpin oleh DR. Sa’duddin Ustmani (belakangan ini PKP pecah menjadi dua setelah peninggalan syekh Mahfuz Nahnah). Dengan partai politik seperti itu, para aktivis gerakan Islam beraktivitas dalam dunia syak (keraguan), di mana sebelumnya mereka bekerja dan beraktivitas dalam keyakinan.
Dulu, sebelum berpartai, mereka lebih dekat ke ikhlas dalam beramal. Namun sekarang amal Islami sudah tercampur baur (keikhlasan dengan riya’). Dengan demikian, mereka berpindah dari maqashidusy-syar’i (tujuan-tujuan syariah) kepada maqashidul ‘adat (tujuan-tujuan adat istiadat).
Lalu, masuklah ke dalam partai mereka orang-orang yang tidak jelas, persis seperti yang Allah katakan, "Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak yakin), maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (QS.22 : 11).
Sesungguhnya menjadikan partai dalam amal Islami (versi partai politik sekarang), mirip dengan cerita Bani Israil menjadikan anak lembu sebagai sembahan.
Kemudian DR. Farid menjelaskan, sesungguhnya amal Islami di Maroko sumbangan pertamanya adalah generasi yang membawa kebaikan dan keberkahan. Kemudian, muncullah partai politik. Lalu partai politik itu menghancurkan semua sumbangan itu sebagaimana yang dilakukan Samiri (pengikut nabi Musa) menghancurkan semua asset keimanan Bani Israil, saat ditinggalkan Musa as.
Pemberhalaan partai seperti itu, menurut DR. Farid Anshari telah menciptakan kebanyakan aktivis gerakan Islam sibuk dengan persoalan duniawi saja, kemudian mereka menjadikan persolan tersebut menjadi persolan mereka sendiri, dengan alasan ‘jatah’ atau mereka berhak untuk itu.
Analisa DR. Farid terkait masalah partai politik gerakan Islam itu sangat tajam sebagaimana yang ia katakan : Aktivis gerakan Islam telah terjebak masuk ke dalam komunikasi materialis yang dijadikan sebagai hal yang utama.
Mereka menganalisa krisis ekonomi, masalah pengangguran, atau perlawanan politik terhadap kejahatan Yahudi (di Palestina) dan sebagian fanatikus Nasrani, atau dari kaum Zindiq yang datang dari kalangan Muslim sendiri melalui demonstrasi-demonstrasi. Pada sore harinya mereka pulang dalam keadaan selamat dan dengan hati yang tenang karena (meyakini) mereka sudah berhasil melakukan sebuah perjuangan yang akan memberi syafaat bagi mereka nanti di hadapan Allah.
Sesungguhnya gerakan Islam di Maroko telah gagal total baik dalam tinjauan syar’i maupun siyasi. Hal itu disebabkan karena mereka ingin memetik buah sebelum matang. Sebab itu mereka menelan pahitnya buah yang belum matang itu.
Sebagai alternatif partai politik, DR. Farid melihat bahwa gerakan Islam di Maroko bisa sampai ke tujuan politiknya yang afdhal tanpa harus melalui media partai, yakni melalui aktivitas dakwah yang komprehensif.
Dengan demikian, gerakan Islam akan muncul dengan tokoh-tokoh dan pemikiran yang dilahirkannya di tengah-tengah masyarakat dalam semua lapangan kehidupan dan tersebar di berbagai sektor. Dari masjid sampai ke pabrik, kemudian ke manajemen (pemerintahan). Dari pendidikan, media sampai ke ekonomi.
Bahkan dengan demikian, gerakan Islam memungkinkan untuk mensuplai berbagai partai politik dengan sdm handalnya sehinngga memungkinkannya untuk menawarkan program politiknya, tanpa harus tergelincir ke syirik konsumtif parsialisasi bagi kekuatannya.
Pemberhalaan Pemilihan Perkumpulan
DR. Farid menilai bahwa gerakan Islam memasuki eksperimen perkumpulan tanpa persiapan dan tanpa filterisasi. Dengan modal akhlak dan sedikit pengetahuan agama, para aktivis gerakan Islam megharungi gelombang aktivitas yang masih menggunakan bahasa percaturan kelas sosial, slogan-slogan marksisme dalam pemikiran ekonomi dan teori-teori sosialisme dalam menangani persoalan dunia kerja dan buruh.
Dr Farid yakin bahwa gerakan Islam terlibat menyalakan api pemogokan bekerja – dengan meniru cara organisasi-organisasi marksisme dan partai-partai oportunis – untuk melakukan tekanan politik terhadap lembaga-lembaga tertentu untuk meloloskan agenda-agenda lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan perbaikan kerja dan buruh.
Dengan demikian, disadari atau tidak, gerakan Islam bersaham dalam mentarbiyah para anggotanya untuk berbohong dan menipu, su-ul akhlak (akhlak buruk) dalam berdebat dan berdiskusi. Sebagai gerakan Islam tidak pantas berlomba dengan kelompok kiri dalam menuju kehancuran dan amoral.
Demikian pula halnya dengan perkumpulan mahasiswa yang disetir gerakan Islam. DR. Farid mengkritiknya, khususnya Persatuan Pelajar Maroko yang menyingkat namanya dengan “OTOM” dan menyebutnya dengan “Berhala OTOMI”.
Sebab, OTOM masuk ke dalam percaturan melawan ilmu dan akhlak (karena kebanyakan berdemo sehingga nilai akademis mereka anjlok). Lalu mereka kehilangan kepercayaan dari para mahasiswa, dosen, universitas dan manusia lainnya.
Pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin
Sesungguhnya fenomena pemberhalaan Qiyadah itu hampir terjadi di semua gerakan Islam, baik yang menamakan dirinya gerakan Islam maupun tidak. DR. Farid melihat bahwa fenomena pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin itu terjadi setelah kehilangan Qiyadah yang berilmu, konsisten dengan risalah Robbaniyah (misi Allah) dan smart.
Lalu, tokoh yang kurang ilmunya dalam memimpin amal Islam ini sejak dari yang tertinggi, menengah sampai ke tingkat paling bawah. Hal tersebut menyebabkan munculnya pemberhalaan para Qiyadah sehingga pentunjuk jalan harokah (amal dakwah) hanya berdasarkan kecenderungan dan karakter mereka, bukan berdasarkan kaedah-kaedah Ilmu dan skala prioritas syar’iyyah.
(Sering kita melihat di lapangan mereka mengatakan : ini sudah berdasarkan skala prioritas, namun yang menentukan prioritasnya adalah akal mereka, bukan Islam yang menentukannya). Di antara fenomenanya, egoistik (arogansi) organisasi dalam jamaah gerakan Islam semakin membesar dan pada waktu yang sama terjadi pengagungan individu ( dan pemasungan pemikiran besar –meminjam istilah DR. Qardhawi– dan pembunuhan karakter anggota yang kritis dan berfikir sehat).
Pemberhalaan Mekanisme Organisasi
Apa yang dimaksudkan DR. Farid dengan mekanisme organisasi ialah uslub manajemen organisasi yang dijadikan sandaran pembentukan struktur organisasi dalam memenej amal Islami dan menjalankannya. Mekanisme organisasi ini tengah menghadapi problem kepartaian (meniru gaya patai umumnya) sehingga menyebabkan keputusan internal mencekik leher dan tidak memberi peluang sama sekali kepada para anggota untuk bernafas di luar partainya.
Dari sinilah DR. Farid Anshari mengkritik dengan apa yang ia namakan dengan “Pemberhalaan Syahwat Demokrasi” di mana problem gerakan Islam ialah ketika meletakkan demokrasi dengan berbagai mekanismenya pada tempat yang keliru, seperti pemilihan tokohnya yang akan menjadi anggota majlis syura (di Indonesia : legislatif) melalui suara masyarakat awam dan juga posisi strategis lainnya seperti Islamisasi sistem dan pengarahan manhaj Islam lainnya dengan syarat-syarat demokrasi, bukan dengan syarat-syarat syari’at Allah. Hal tersebut membuka peluang orang-orang bodoh nan licik untuk maju dan terbuangnya orang-orang yang faqih dan bijak.
Sebagai solusinya, penulis buku tersebut mengusulkan ‘sistem fitrah” yang terlepas dari tingkatan-tingkatan formal dan gelar/pangkat yang tidak mungkin membuka peluang bagi para penjilat dan pak turut. Tidak ada pula tempat bagi sosok ‘patung’ dan ‘berhala’. Kemudian, semua keputusan terkait susunan struktur diambil berdasarkan keahlian (profesionalisme).
Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah
Yang dimaksud penulis dengan Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah ini ialah manhaj haroki yang disusun pertama kali oleh Syekh Abdul Karim Muthi’, pendiri Gerakan Pemuda Islam yang didirikan di Maroko di awal 70an. Menurut pandangan penulis, gerakan tersebut didirikan di atas dasar manuver-manuver politik dan kibul yakin ( tipu-tipuan).
Menurut DR. Farid Anshari, gerakan Islam di Maroko telah gagal. Beliau menuliskan ringkasan sejarah gerakan Islam di Maroko untuk memberikan kesimpulan kegagalan persatuan yang terjadi antara Gerakan Ishlah dan Tajdid dengan gerakan Ikatan Masa Depan Islam. Gerakan tersebut gagal dalam meberikan produknya yang Islami di tingkat tujuan (hadaf), keterwakilan Islam dan kaderisasi, kemudian gagal juga dalam tingkat syura itu sendiri.
Dalam konteks ini, DR. Farid menjelaskan : “Gerakan Ishlah dan Tauhid” menduga bahwa ia adalah teladan terbaik dalam penerapan syura Islam dalam internal gerakannya. Bahkan para pemimpinnya ada yang melihat sebagai teladan terbaik di level Dunia Islam, apakah terkait dengan membangun struktur organisasi, maupun dalam mengambil keputusan dan sikap.
Saya menyakini –sebagai mantan salah seorang anggota Maktab Tanfidzi (lembaga eksekutif), anggota Majlis Syura, dan mengemban tugas organisasi lainnya seperti penangggung jawab aktivitas mahasiswa– bahwa semua itu hanyalah waham (klaim) semata. Hakikat sebenarnya adalah bahwa gerakan tersebut adalah organisasi yang paling piawai dalam berdemokrasi dengan pengertian politik.
Yang saya maksudkan ialah demokrasi yang bisa menyihir dalam rangka mengelabui masyarakat, lembaga syura, dengan mengatakan bahwa para anggotanyakan sudah hadir, menyatakan pendapat dan telah melihat. Pada kenyataannya mereka tidak melihat apa-apa, bahkan yang ikut syura tidak mengetahui apakah hakikat atau khayalan.
Saya belum melihat seumur hidup apa yang ikhwah namakan dengan syura ikhwah/qiyadah adalah syura yang sebenarnya, tapi adalah demokrasi. Itupun mirip dengan permainan benang tukang sulap.
Pemberhalaan Mazhab Hambali dalam Gerakan Salafi
Setelah menjelaskan sejarah pergerakan Salafi di Maroko, DR. Farid Anshari membahas apa yang ia namakan dengan “penjajahan konsepsi dan penyimpangan prilaku” di kalangan Salafi.
Di antaranya : benturannya dengan batu karang mazhab. Di antara kekeliruan besar manhaji kalangan Salafi di Maroko ialah pelecehannya terhadap masalah karakteristik permazhaban. Hal tersebut membuat kalangan Salafi gagal menjalankan proyek perbaikan, ditambah lagi keberpalingannya dari mazhab Maliki dan penjajahannya atas prinsip ‘skala prioritas’.
Setelah itu, DR. farid menjelaskan sikap ghuluw (berlebihan/ekstrim) kalangan Salafi dalam merealisasikan persoalan ‘aqidah. Kesalahan manhaji ketiga ialah, menghadapi tasawuf secara membabi buta, tanpa membedakan bentuk, masalik (cara-cara yang ditempuh) dan tidak pula mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang rusak.
Sedangkan kesalahan manhaji yang keempat ialah, membesar-besarkan bentuk-bentuk formal sehingga tampilan luar telah menjadi standar mendasar bagi keselamatan agama pada kebanyakan mereka. Kemudian beliau menjelaskan kesalahan manhaji yang kelima, yakni yang tercermin dalam hubungan materi yang disyaratkan oleh sebagian negara bagian Timur (Arab)
Risalah Untuk Gerakan Islam
Buku tersebut ditutup oleh DR. Farid dengan sebuah judul yang sangat menarik, yakni Risalah Untuk Gerakan Islam. Dalam risalah tersebut beliau menjelaskan : “Tidakkah datang masanya bagi gerakan Islam untuk bertaubat kepada Allah, berpegang teguh pada Kitab-Nya, menghancurkan patung-patungnya, melepaskan belenggu-belenggunya dan meniti jalan Al-Qur’an? Apakah gerakan Islam siap kembali kepada keikhlasan ibadahnya, kebaikan manhajnya, dan ketersebaran dakwahnya?
Apakah komunikasinya akan kembali kepada penerapan risalah Al-Qur’an, akhlak Al-Qur’an dan prioritas menurut Al-Qur’an? Kemudian, apakah kalangan Salafi akan kembali kepada salafush-shalehnya, kepada keikhlasan beragamanya, mengenalkan manusia kepada Rabb mereka dan meninggalkan semangat perpecahan dan kemunafikannya?
Kemudian, apakah kalangan sufi akan kembali kepada sumber minuman aslinya, keindahan sifatnya, meninggalkan sifat berlebihannya serta memperbaiki tingkatan keilmuannya dan kondisinya dan menampikan semua itu berdasarkan kaedah-kaedah ilmu dan timbangan Al-Qur’an dan Assunnah? (fj/iol)

BERHALA-BERHALA GERAKAN ISLAM

BERHALA-BERHALA GERAKAN ISLAM



Ketika DR. Farid Anshari, seorang ulama dan aktivis gerakan Islam di Maroko menerbitkan bukunya April 2007 dengan judul : Enam Kekeliruan Gerakan Islam di Maroko, Penyimpangan Pemberhalaan Pemikiran dan Praktek, sontak dunia pergerakan Islam di Maroko khususnya dan Dunia Arab lainnya heboh.
Apa yang diangkat penulisnya dalam buku tersebut menjadi perbincangan luas dan menimbulkan pro-kontra. Seakan sudah menjadi kebiasaan di kalangan para aktivis gerakan Islam di seluruh dunia saat ini, apalagi di Indonesia, untuk tidak siap dikritik.
Setiap ada kritik pasti ada saja pembelaan yang membabi buta dari para pendukung serta qiyadahnya, kendati apa yang dikritik itu terang benderang seperti melihat mata hari di siang hari dan yang melakukan kritik itu adalah orang yang bertahun-tahun hidup di dalam gerakan tersebut.
Sebagai seorang akademisi, aktivis dakwah, pendiri lembaga pengkajian dan penulis, DR. Farid sebelumnya sudah meluncurkan beberapa buku ilmiyahnya yang sangat bermutu seperti, Tauhid, Pertengahan Dalam Tarbiyah Dakwah, Alfabetik Pembahasan Ilmu-Ilmu Syari’ah, Istilah Ushuli Menurut Imam Syatibi dan Penjelasan Dakwah dan Fenomena Penggelembungan Politik.
Menarik untuk kita cermati bahwa dalam buku Enam Kekeliruan Gerakan Islam di Maroko, Penyimpangan Pemberhalaan Pemikiran dan Praktek, DR. Farid Anshari yang menduduki berbagai jabatan di perguruan tinggi di Maroko dan juga dosen Ushul Fiqh dan Maqashid Syar’iyyah dan bertahun-tahun bergabung dengan gerakan Islam khusunya Harokat Attauhid Wal Ishlah dan keluar tahun 2000, menjelaskan fenomena yang menakutkan yang terjadi dalam berbagai gerakan Islam, termasuk yang menganut aliran tasawuf dan salafi.

Dalam buku tersebut, DR Farid Anshari mencatat enam bentuk penyimpangan gerakan Islam, baik dalam bentuk pemikiran maupun prakteknya. Yang menakutkan ialah, bahwa penyimpangan tersebut sudah mengarah kepada “pemberhalaan”, sehingga mengalahkan nash shorih (dalil syar’i yang disepakati ulama keabsahannya).
Lalu beliau mengatakan, “Orang yang menyaksikan hiruk pikuk politik dan media menduga gerakan Islam sekarang sangat luar biasa dan mengalami kemajuan dalam percaturan peradaban. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya.”
Gerakan Islam Telah Menyimpang dari Tujuannya
DR. Farid Anshari melihat semua gerakan Islam sekarang mengalami setback di banding dengan sebelumnya. Kemundurannya sangat jauh. Bahkan telah gagal total dalam memelihara kedudukan strategisnya yang telah diraihnya dengan manhaj tarbiyah dan khitab (komunikasi) dakwah dan ilmu.
Sesungguhnya gerakan Islam saat ini telah kehilangan semua itu dan bahkan terusir dengan hina dari jati diri gerakan Islam itu sendiri. Kemunculannya sangat telanjang dan mudah dibaca oleh musuh-musuh ideoligisnya, sehingga mudah dilecut dengan cemeti yang akan mebuat saf-safnya berantakan, tanpa sampai ke target-target dasarnya. Sungguh gerakan Islam telah ditusuk oleh pisau-pisau hawa nafsu (syahwat dunia) dan juga oleh pisau-pisau musuh sehinga terluka parah.
DR. Farid Anshari memastikan bahwa gerakan Islam di Maroko, sebagaimana juga di kawasan dunia Islam lainnya, sesungguhnya sedang mengalami krisis yang luar biasa. Sebab utamanya tak lain ialah karena tidak memiliki kemampuan menunaikan tugas dan fungsi yang sebenarnya dan menegakkan risalah robbaniyah di mana hal tersebutlah yang mendasari berdirinya, menjadi syarat kelahirannya sehingga mendapatkan dukungan yang luar biasa di awal-awal kelahirannya.
Pemberhalaan Manhaji
DR. Farid Anshari menilai bahwa orientasi gerakan Islam di Maroko dengan nyata jatuh ke dalam ‘syirik khafi’ (syirik tersembunyi) atau apa yang ia namakan dengan “pemberhalaan manhaji.” Yang demikian itu terjadi karena gerakan Islam dalam memilih strategi besarnya terjadi penyimpangan.
Penyimpangan tersebutlah yang akan menghambat gerakan Islam itu sendiri untuk berada selalu di jalan orisinilitasnya sehingga berbagai bentuk dan formalitas organisasi (tanzhim) telah menjadi dinding penghambat untuk tidak mampu lagi melihat target atau tujuan ‘iqamatuddin’ (menegakkan Islam), dalam diri dan dalam masyarakat.
Dari hasil pengalamannya hidup dengan gerakan Islam, DR. Farid Anshari menyimpulkan bahwa terdapat enam kekeliruan manhaji yang besar di mana kekeliruan yang manhaji tersebutlah yang menjadi sumber semua penyimpangan yang terjadi. Itu pulalah yang menjadi sebab dari semua bentuk pemberhalaan yang sudah menyatu dengan kuat dalam pemikiran para aktivis Islam dan dalam praktek organisasi mereka.
Hasilnya ialah, hati mereka sangat terpaut dengannya baik dalam keadaan harap dan cemas, mensucikannya sehingga dijadikan thaghut dan berhala yang membatasi hati dari ikhlasuddin lillah (ikhlas dalam menjalankan Islam yang bersumber dari Allah).
Adapun enam kekeliruan (berhala) tersebut ialah :
1. Pemberhalaan Pilihan Politik.
2. Pemberhalaan Pemilihan Perkumpulan
3. Pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin
4. Pemberhalaan Mekanisme Organisasi
5. Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah
6. Pemberhalaan Mazhab Hambali Bagi Kalangan Salafi
Cover Buku 6 Kekeliruan Gerakan Islam
Pemberhalaan Pilihan Politik.
Dalam pandangan DR. Farid Anshari, yang memberikan contoh tentang gerakan Islam di Aljazair, menyatakan, kesalahan terbesar yang dilakukan gerakan Islam ialah partai politik, atau lebih tepatnya mempolitisasi partai politik. Yang ia maksud di sini ialah Partai Keadilan dan Pembangunan (PKP) yang dipimpin oleh DR. Sa’duddin Ustmani (belakangan ini PKP pecah menjadi dua setelah peninggalan syekh Mahfuz Nahnah). Dengan partai politik seperti itu, para aktivis gerakan Islam beraktivitas dalam dunia syak (keraguan), di mana sebelumnya mereka bekerja dan beraktivitas dalam keyakinan.
Dulu, sebelum berpartai, mereka lebih dekat ke ikhlas dalam beramal. Namun sekarang amal Islami sudah tercampur baur (keikhlasan dengan riya’). Dengan demikian, mereka berpindah dari maqashidusy-syar’i (tujuan-tujuan syariah) kepada maqashidul ‘adat (tujuan-tujuan adat istiadat).
Lalu, masuklah ke dalam partai mereka orang-orang yang tidak jelas, persis seperti yang Allah katakan, “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak yakin), maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS.22 : 11).
Sesungguhnya menjadikan partai dalam amal Islami (versi partai politik sekarang), mirip dengan cerita Bani Israil menjadikan anak lembu sebagai sembahan.
Kemudian DR. Farid menjelaskan, sesungguhnya amal Islami di Maroko sumbangan pertamanya adalah generasi yang membawa kebaikan dan keberkahan. Kemudian, muncullah partai politik. Lalu partai politik itu menghancurkan semua sumbangan itu sebagaimana yang dilakukan Samiri (pengikut nabi Musa) menghancurkan semua asset keimanan Bani Israil, saat ditinggalkan Musa as.
Pemberhalaan partai seperti itu, menurut DR. Farid Anshari telah menciptakan kebanyakan aktivis gerakan Islam sibuk dengan persoalan duniawi saja, kemudian mereka menjadikan persolan tersebut menjadi persolan mereka sendiri, dengan alasan ‘jatah’ atau mereka berhak untuk itu.
Analisa DR. Farid terkait masalah partai politik gerakan Islam itu sangat tajam sebagaimana yang ia katakan : Aktivis gerakan Islam telah terjebak masuk ke dalam komunikasi materialis yang dijadikan sebagai hal yang utama.
Mereka menganalisa krisis ekonomi, masalah pengangguran, atau perlawanan politik terhadap kejahatan Yahudi (di Palestina) dan sebagian fanatikus Nasrani, atau dari kaum Zindiq yang datang dari kalangan Muslim sendiri melalui demonstrasi-demonstrasi. Pada sore harinya mereka pulang dalam keadaan selamat dan dengan hati yang tenang karena (meyakini) mereka sudah berhasil melakukan sebuah perjuangan yang akan memberi syafaat bagi mereka nanti di hadapan Allah.
Sesungguhnya gerakan Islam di Maroko telah gagal total baik dalam tinjauan syar’i maupun siyasi. Hal itu disebabkan karena mereka ingin memetik buah sebelum matang. Sebab itu mereka menelan pahitnya buah yang belum matang itu.
Sebagai alternatif partai politik, DR. Farid melihat bahwa gerakan Islam di Maroko bisa sampai ke tujuan politiknya yang afdhal tanpa harus melalui media partai, yakni melalui aktivitas dakwah yang komprehensif.
Dengan demikian, gerakan Islam akan muncul dengan tokoh-tokoh dan pemikiran yang dilahirkannya di tengah-tengah masyarakat dalam semua lapangan kehidupan dan tersebar di berbagai sektor. Dari masjid sampai ke pabrik, kemudian ke manajemen (pemerintahan). Dari pendidikan, media sampai ke ekonomi.
Bahkan dengan demikian, gerakan Islam memungkinkan untuk mensuplai berbagai partai politik dengan sdm handalnya sehinngga memungkinkannya untuk menawarkan program politiknya, tanpa harus tergelincir ke syirik konsumtif parsialisasi bagi kekuatannya.
Pemberhalaan Pemilihan Perkumpulan
DR. Farid menilai bahwa gerakan Islam memasuki eksperimen perkumpulan tanpa persiapan dan tanpa filterisasi. Dengan modal akhlak dan sedikit pengetahuan agama, para aktivis gerakan Islam megharungi gelombang aktivitas yang masih menggunakan bahasa percaturan kelas sosial, slogan-slogan marksisme dalam pemikiran ekonomi dan teori-teori sosialisme dalam menangani persoalan dunia kerja dan buruh.
Dr Farid yakin bahwa gerakan Islam terlibat menyalakan api pemogokan bekerja – dengan meniru cara organisasi-organisasi marksisme dan partai-partai oportunis – untuk melakukan tekanan politik terhadap lembaga-lembaga tertentu untuk meloloskan agenda-agenda lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan perbaikan kerja dan buruh.
Dengan demikian, disadari atau tidak, gerakan Islam bersaham dalam mentarbiyah para anggotanya untuk berbohong dan menipu, su-ul akhlak (akhlak buruk) dalam berdebat dan berdiskusi. Sebagai gerakan Islam tidak pantas berlomba dengan kelompok kiri dalam menuju kehancuran dan amoral.
Demikian pula halnya dengan perkumpulan mahasiswa yang disetir gerakan Islam. DR. Farid mengkritiknya, khususnya Persatuan Pelajar Maroko yang menyingkat namanya dengan “OTOM” dan menyebutnya dengan “Berhala OTOMI”.
Sebab, OTOM masuk ke dalam percaturan melawan ilmu dan akhlak (karena kebanyakan berdemo sehingga nilai akademis mereka anjlok). Lalu mereka kehilangan kepercayaan dari para mahasiswa, dosen, universitas dan manusia lainnya.
Pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin
Sesungguhnya fenomena pemberhalaan Qiyadah itu hampir terjadi di semua gerakan Islam, baik yang menamakan dirinya gerakan Islam maupun tidak. DR. Farid melihat bahwa fenomena pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin itu terjadi setelah kehilangan Qiyadah yang berilmu, konsisten dengan risalah Robbaniyah (misi Allah) dan smart.
Lalu, tokoh yang kurang ilmunya dalam memimpin amal Islam ini sejak dari yang tertinggi, menengah sampai ke tingkat paling bawah. Hal tersebut menyebabkan munculnya pemberhalaan para Qiyadah sehingga pentunjuk jalan harokah (amal dakwah) hanya berdasarkan kecenderungan dan karakter mereka, bukan berdasarkan kaedah-kaedah Ilmu dan skala prioritas syar’iyyah.
(Sering kita melihat di lapangan mereka mengatakan : ini sudah berdasarkan skala prioritas, namun yang menentukan prioritasnya adalah akal mereka, bukan Islam yang menentukannya). Di antara fenomenanya, egoistik (arogansi) organisasi dalam jamaah gerakan Islam semakin membesar dan pada waktu yang sama terjadi pengagungan individu ( dan pemasungan pemikiran besar –meminjam istilah DR. Qardhawi– dan pembunuhan karakter anggota yang kritis dan berfikir sehat).
Pemberhalaan Mekanisme Organisasi
Apa yang dimaksudkan DR. Farid dengan mekanisme organisasi ialah uslub manajemen organisasi yang dijadikan sandaran pembentukan struktur organisasi dalam memenej amal Islami dan menjalankannya. Mekanisme organisasi ini tengah menghadapi problem kepartaian (meniru gaya patai umumnya) sehingga menyebabkan keputusan internal mencekik leher dan tidak memberi peluang sama sekali kepada para anggota untuk bernafas di luar partainya.
Dari sinilah DR. Farid Anshari mengkritik dengan apa yang ia namakan dengan “Pemberhalaan Syahwat Demokrasi” di mana problem gerakan Islam ialah ketika meletakkan demokrasi dengan berbagai mekanismenya pada tempat yang keliru, seperti pemilihan tokohnya yang akan menjadi anggota majlis syura (di Indonesia : legislatif) melalui suara masyarakat awam dan juga posisi strategis lainnya seperti Islamisasi sistem dan pengarahan manhaj Islam lainnya dengan syarat-syarat demokrasi, bukan dengan syarat-syarat syari’at Allah. Hal tersebut membuka peluang orang-orang bodoh nan licik untuk maju dan terbuangnya orang-orang yang faqih dan bijak.
Sebagai solusinya, penulis buku tersebut mengusulkan ‘sistem fitrah” yang terlepas dari tingkatan-tingkatan formal dan gelar/pangkat yang tidak mungkin membuka peluang bagi para penjilat dan pak turut. Tidak ada pula tempat bagi sosok ‘patung’ dan ‘berhala’. Kemudian, semua keputusan terkait susunan struktur diambil berdasarkan keahlian (profesionalisme).
Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah
Yang dimaksud penulis dengan Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah ini ialah manhaj haroki yang disusun pertama kali oleh Syekh Abdul Karim Muthi’, pendiri Gerakan Pemuda Islam yang didirikan di Maroko di awal 70an. Menurut pandangan penulis, gerakan tersebut didirikan di atas dasar manuver-manuver politik dan kibul yakin ( tipu-tipuan).
Menurut DR. Farid Anshari, gerakan Islam di Maroko telah gagal. Beliau menuliskan ringkasan sejarah gerakan Islam di Maroko untuk memberikan kesimpulan kegagalan persatuan yang terjadi antara Gerakan Ishlah dan Tajdid dengan gerakan Ikatan Masa Depan Islam. Gerakan tersebut gagal dalam meberikan produknya yang Islami di tingkat tujuan (hadaf), keterwakilan Islam dan kaderisasi, kemudian gagal juga dalam tingkat syura itu sendiri.
Dalam konteks ini, DR. Farid menjelaskan : “Gerakan Ishlah dan Tauhid” menduga bahwa ia adalah teladan terbaik dalam penerapan syura Islam dalam internal gerakannya. Bahkan para pemimpinnya ada yang melihat sebagai teladan terbaik di level Dunia Islam, apakah terkait dengan membangun struktur organisasi, maupun dalam mengambil keputusan dan sikap.
Saya menyakini –sebagai mantan salah seorang anggota Maktab Tanfidzi (lembaga eksekutif), anggota Majlis Syura, dan mengemban tugas organisasi lainnya seperti penangggung jawab aktivitas mahasiswa– bahwa semua itu hanyalah waham (klaim) semata. Hakikat sebenarnya adalah bahwa gerakan tersebut adalah organisasi yang paling piawai dalam berdemokrasi dengan pengertian politik.
Yang saya maksudkan ialah demokrasi yang bisa menyihir dalam rangka mengelabui masyarakat, lembaga syura, dengan mengatakan bahwa para anggotanyakan sudah hadir, menyatakan pendapat dan telah melihat. Pada kenyataannya mereka tidak melihat apa-apa, bahkan yang ikut syura tidak mengetahui apakah hakikat atau khayalan.
Saya belum melihat seumur hidup apa yang ikhwah namakan dengan syura ikhwah/qiyadah adalah syura yang sebenarnya, tapi adalah demokrasi. Itupun mirip dengan permainan benang tukang sulap.
Pemberhalaan Mazhab Hambali dalam Gerakan Salafi
Setelah menjelaskan sejarah pergerakan Salafi di Maroko, DR. Farid Anshari membahas apa yang ia namakan dengan “penjajahan konsepsi dan penyimpangan prilaku” di kalangan Salafi.
Di antaranya : benturannya dengan batu karang mazhab. Di antara kekeliruan besar manhaji kalangan Salafi di Maroko ialah pelecehannya terhadap masalah karakteristik permazhaban. Hal tersebut membuat kalangan Salafi gagal menjalankan proyek perbaikan, ditambah lagi keberpalingannya dari mazhab Maliki dan penjajahannya atas prinsip ‘skala prioritas’.
Setelah itu, DR. farid menjelaskan sikap ghuluw (berlebihan/ekstrim) kalangan Salafi dalam merealisasikan persoalan ‘aqidah. Kesalahan manhaji ketiga ialah, menghadapi tasawuf secara membabi buta, tanpa membedakan bentuk, masalik (cara-cara yang ditempuh) dan tidak pula mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang rusak.
Sedangkan kesalahan manhaji yang keempat ialah, membesar-besarkan bentuk-bentuk formal sehingga tampilan luar telah menjadi standar mendasar bagi keselamatan agama pada kebanyakan mereka. Kemudian beliau menjelaskan kesalahan manhaji yang kelima, yakni yang tercermin dalam hubungan materi yang disyaratkan oleh sebagian negara bagian Timur (Arab)
Risalah Untuk Gerakan Islam
Buku tersebut ditutup oleh DR. Farid dengan sebuah judul yang sangat menarik, yakni Risalah Untuk Gerakan Islam. Dalam risalah tersebut beliau menjelaskan : “Tidakkah datang masanya bagi gerakan Islam untuk bertaubat kepada Allah, berpegang teguh pada Kitab-Nya, menghancurkan patung-patungnya, melepaskan belenggu-belenggunya dan meniti jalan Al-Qur’an? Apakah gerakan Islam siap kembali kepada keikhlasan ibadahnya, kebaikan manhajnya, dan ketersebaran dakwahnya?
Apakah komunikasinya akan kembali kepada penerapan risalah Al-Qur’an, akhlak Al-Qur’an dan prioritas menurut Al-Qur’an? Kemudian, apakah kalangan Salafi akan kembali kepada salafush-shalehnya, kepada keikhlasan beragamanya, mengenalkan manusia kepada Rabb mereka dan meninggalkan semangat perpecahan dan kemunafikannya?
Kemudian, apakah kalangan sufi akan kembali kepada sumber minuman aslinya, keindahan sifatnya, meninggalkan sifat berlebihannya serta memperbaiki tingkatan keilmuannya dan kondisinya dan menampikan semua itu berdasarkan kaedah-kaedah ilmu dan timbangan Al-Qur’an dan Assunnah? (fj/iol)
sumber: www.eramuslim.com

Jumat, 10 Desember 2010

Jalanlah Setelah Makan

Jalanlah Setelah Makan

Vera Farah Bararah - detikHealth

Jakarta, Setelah makan biasanya seseorang akan merasa kekenyangan dan malas untuk bergerak. Tapi ternyata berjalan santai setelah makan bisa memberikan manfaat untuk pencernaan.

Berjalan santai yang dimaksud disini bukanlah langsung berjalan setelah selesai makan, melainkan memberi waktu bagi tubuh untuk beristirahat sebentar sekitar 10-15 menit. Setelah itu diharapkan seseorang bisa melakukan jalan santai.

Seperti dikutip dari Fitsugar.com, Kamis (9/12/2010) jalan santai yang dilakukan setelah makan tidak hanya membakar beberapa kalori, melainkan turut membantu proses pencernaan dalam hal ini membuat organ-organ tubuh bekerja lebih baik. Berjalan santai setelah makan juga meningkatkan perjalanan makanan dan membantu penderita sakit maag.

Berjalan santai atau perlahan-lahan akan merangsang gerakan peristaltik di usus sehingga menghindari penumpukan makanan, membuat peredaran darah menjadi meningkat dan enzim-enzim yang bekerja saat proses pencernaan jumlahnya cukup untuk mencerna makanan yang dikonsumsi.

Selain itu berjalan santai selama 10 menit bisa menjadi cara yang murah untuk menenangkan pikiran, menghilangkan stres, dapat mencegah seseorang untuk berpikir mengemil, meningkatkan tambahan energi dan juga membantu menurunkan tekanan darah.

Jalan santai ini bisa dilakukan di mana saja, jika berada di rumah cukup melakukan jalan bolak balik di dalam rumah, sedangkan jika berada di luar bisa berjalan santai sambil menikmati udara segar.

Menurut Mayo Clinic Sleep Disorders Center di Rochester jalan santai setelah makan malam bisa membantu seseorang tidur lebih cepat dan membantu mengurangi ketagihan mengemil makanan lemak tinggi dan manis saat larut malam.

Namun seseorang tidak dianjurkan untuk berjalan cepat atau berlari setelah makan besar, karena bisa membuat suplai darah yang seharusnya membantu proses pencernaan menjadi dialihkan untuk berjalan cepat. Serta membuat jantung bekerja dua kali lipat lebih besar.

Sementara itu bagi penderita diabetes dibutuhkan waktu yang lebih lama sebelum mulai berjalan santai, yaitu 1-2 jam setelah makan. Hal ini untuk menunggu saat insulin dan kadar gula darahnya menurun tetap. Karena jika langsung berjalan akan mengacaukan kerja dari insulin dalam mengatur kadar gula darahnya.
Reply With Quote